BATANG – Memasuki Bulan Ramadhan 1437 H/2016, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Batang menyerukan perlunya menjaga kedamaian di bulan suci. Karena itu, FKUB menolak setiap bentuk aksi sweeping dari ormas manapun.
Komitmen itu disepakati bersama para pemuka agama yang tergabung dalam FKUB, baik Muslim maupun non Muslim, saat rapat koordinasi penanggulangan radikalisme yang digelar di Hotel Sahid Mandarin, Minggu (5/6). Ketua FKUB Batang Subchi , mengatakan, umat beragama di Kabupaten Batang diharapkan bisa saling memahami dan menghargai, sehingga ramadhan tahun ini bisa menghadirkan suasana yang damai.
“Mari kita berikan kesempatan bagi umat Islam agar khusyu menjalankan ibadah ramadhan, baik puasanya maupun amalan-amalan lainnya di malam hari,” ungkapnya, Selasa (7/6).
Bisa jadi, lanjut Subchi, tradisi keagamaan yang dilakukan umat Islam sepanjang ramadhan sedikit banyak menghadirkan riuh rendah. Untuk itu, umat non Mulim diharapkan tidak terganggu dengan kegiatan-kegiatan tersebut.
“Termasuk bagi internal umat Islam sendiri, penentuan awal ramadhan dan insya Allah awal syawal yang sama harus disyukuri dan sekaligus dioptimalkan pemanfaatannya, sehingga bisa menambah kekhusyuan ibadah ramadhan,” terangnya.
Termasuk dalam komitmen kolektif tersebut adalah sikap penolakan FKUB terhadap aksi sweeping dalam bentuk apapun dan dari ormas manapun. Menurut Subchi, sweeping tidak hanya melanggar hukum positif, tetapi juga akhlak beragama.
“Kemarin perwakilan Polres Batang juga hadir. Kita semua seakat bahwa permasalahan gangguan kamtibmas biar ditangani oleh Polres. Sebab, alih-alih menyelesaikan masalah, aksi sweping justru akan mencederai kekhusyuan ramadhan,” ucapnya.
Rakor sendiri diikuti seluruh anggota FKUB, penyuluh agama serta tokoh masyarakat di tiap kecamatan yang dianggap punya persinggungan langsung dengan masyarakat. Sementara Dandim 0736/Batang Fajar Ali Nugraha dan Kepala Kesbangpol Agung Wisnu Barata memberikan paparan tentang perlunya mewaspadai paham dan gerakan radikalisme, baik yang berbasis agama maupun ideologi komunis, sebagaimana ramai akhir-akhir ini.
“Pola pemberontakan mungkin saja sudah tidak dipakai komunisme gaya baru. Mereka justru memasuki berbagai lini dengan membawa jargon-jargon popular, seperti demokrasi dan HAM. Jadi, mari waspadai bersama, kata siapa komunisme tak bisa bangkit lagi,” kata Agung.