Batang – Untuk memantapkan program Moderasi Beragama yang merupakan program unggulan dari Menteri Agama (Gus-Men) ditahun ini, Kemenag Kabupaten Batang menggelar kegiatan launcing dan sosialisasi Kampung Moderasi Beragama tahun 2023 di balai desa Bandar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang pada Senin (24/07). Hadir dalam kegiatan itu Kakankemenag Kab. Batang H. Akhmad Farkhan, Kasi Bimas Islam H. Sodikin,Kepala Kesbangpol Agung Wisnu Bharata, Forkopimcam Bandar, Kepala KUA Kecamatan Bandar, Para Penyuluh Agama, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Kepala Desa Bandar. Pra acara ditampilkan seni tari yang bertajuk moderasi beragama yang ditampilkan dengan artistic oleh MIN 01 Batang dan MA YIC Bandar juga penampilan pencak silat pagar nusa dari MI Asysyafiiyah Bandar.
Secara seremonial launcing kampong moderasi beragama tahun 2023 dilakukan secara bersama-sama oleh Kakankemenag Kabupaten Batang H. Akhmad Farkhan dan Kepala Kesbangpol H. Agung Wisnu Bharata dengan menyentuh tombol yang telah disediakan. Selanjutnya Kakankemenag memberikan pemahaman tentang moderasi beragama. Menurutnya moderasi beragama yang merupakan program unggulan dari Gus Men ini harus diterjemahkan kedalam sikap kegotong royongan ditengah-tengah masyarakat tanpa memandang suku,ras,agama dan keyakinan.
“ Persoalan radikalisme dan pertentangan itu sebenarnya banyak yang terjadi bukan karena beda Agama, tapi banyak terjadi di internal agamanya masing-masing, terkadang sama agamanya hanya beda pilihan saja menjadi perpecahan, maka ini tugas kita agar hal tersebut tidak menggejala,” kata H. Akhmad Farkhan
Moderasi Beragama menurut H. Akhmad Farkhan memiliki empat pilar, bila empat pilar itu ditegakkan maka akan tercipta kerukunan hidup yang hakiki ditengah-tengah masyarakat.
“ Moderasi beragama dapat terwujud bila melaksanakan empat pilar yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan kearifan local,” tegasnya.
Komitmen kebangsaan menurutnya adalah bahwa negara kita adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Dasar negara kita adalah Pancasila.
“ Ada yang bertanya begini Pancasila dangen Al Quran, Injil, Weda maupun Tripitaka hebat mana, Pancasila buatan manusia sementara kitab-kitab suci itu buatan Tuhan, ini adalah pertanyaan yang keluar dari para radikal bagi obyek yang ditanyakan akan berbahaya jawabannya akal mereka akan mengatakan yang hebat adalah kitab suci, padahal landasan negara Pancasila sejarahnya diputuskan oleh para tokoh agama baik Kyai, Pendeta, maupun Bikshu ada didalamnya mereka bersepakat Pancasila sebagai dasar negara berbangsa dan bernegara, kenapa tidak Al Quran, karena bila dipaksaan itu menjadi dasar negara, maka umat yang lain menyatakan akan keluar dari NKRI,” tuturnya.
Sementara itu Kepala Kesbangpol Kab. Batang H. Agung Wisnu Bharata dalam materinya bertajuk meneguhkan kebersamaan dalam keberagaman. Dia menegaskan keberagaman bangsa telah diakui dan ditempatkan sebagai salah satu identitas kebangsaan Indonesia sejak masa kebangkitan nasional.
“ Sejak awal, konsep kebangsaan yang dianut oleh para pendiri bangsa ini adalah kebangsaan yang tidak menghilangkan keberagaman. Identitas kebangsaan Indonesia tidak pada satu suku, ras, bahasa, atau pun agama tertentu, namun pada kesatuan ide, gagasan, dan cita-cita untuk hidup merdeka dan menghapuskan penjajahan di atas dunia,” kata H. Agung Wisnu Bharata mengawali materinya.
Dia juga menjelaskan bahwa dengan segala keberagaman yang ada, alhamdulillah negara ini masih bertahan di tengah berbagai ancaman disintegrasi bangsa yang datang silih berganti. Kita bersyukur para pendiri bangsa (the founding fathers) telah mewariskan pedoman bagi kita agar tetap berada dalam persatuan dan kesatuan. Warisan itu adalah Pancasila. Pancasila telah mempertemukan dan mempersatukan seluruh anak bangsa yang berbeda, sehingga Pancasila pun telah menjadi pengikat sekaligus identitas bangsa Indonesia.
“ Pancasila bisa menjadi ikatan sekaligus identitas kita sebagai bangsa karena ia tidak dibentuk oleh satu tokoh saja, tidak lahir dari nilai-nilai yang bersumber pada satu agama atau suku tertentu tapi lahir dari kristalisasi nilai-nilai yang hidup dan bersumber dari sistem nilai seluruh agama, suku, dan ras di Indonesia. Nilai-nilai itu ditemukan dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa yang berasal dan mewakili keberagaman bangsa Indonesia,” jelasnya. (Zy_humas)