Batang (Humas) – Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin merupakan salah satu bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka. Projek tersebut berfokus pada aktivitas pembelajaran, pelatihan, dan praktik langsung yang didalamnya terdapat penekanan pada dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila. MA Muhammadiyah Limpung beberapa waktu lalu Senin-Sabtu (11-16/09/2023) menggelar dua projek itu untuk kelas X (sepuluh) dengan mengusung tema kewirausahaan.
Mereka belajar menjadi pelaku dan penggerak roda perekonomian dalam lingkup kecil, mengasah jiwa wirausaha sejak dini, mengajarkan sikap jujur, kreatif, Kerjasama dengan team, dan tanggungjawab serta semangat pantang menyerah. Festival ini merupakan implementasi atas ide-ide atau inovasi yang dikembangkan oleh peserta didik dengan kelompoknya masing-masing baik berupa olahan makanan dan minuman.
Wakil Kepala bidang kurikulum MAM Limpung Muniroch dalam keterangannya menyampaikan kegiatan ini diawali dengan para siswa melakukan wawancara dengan para usaha makanan ringan yang diinginkan kemudian menyusun konsep laporan yang dikerjakan dirumah. Pembuatan laporan hasil wawancara dilaksanakan di sekolah.
“Alhamdulillah antusias anak-anak dalam gelar karya ini, terbukti dari hasil laporan yang dibuat sangat bagus dan menarik,” ungkap Muniroch.
Dia juga menjelaskan setelah itu para siswa mempresentasikan laporan hasil wawancara dihadapan para pembimbing agar mengetahui sejauh mana wawancara yang telah dilakukan.
Sementara itu Kepala MAM Limpung Ahyaudin dalam keterangannya menyampaikan apresiasi pada para guru dan siswa yang telah dengan tekun melaksanakan kegiatan projek ini. Menurutnya pembelajaran ini akan menambah wawasan baru bagi siswa.
“Saya berharap agar setiap kelompok dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan kompak,” pesan Ahyaudin.
Pengawas Madrasah Purwoto yang ikut hadir dalam acara itu menyampaikan bahwa projek itu membut kita mampu berpikir holistic dan kotekstual serta membina jiwa kewirausahaan. Menurutnya berfikir holistik bermakna memandang sesuatu secara utuh dan menyeluruh. Cara pandang holistik juga mendorong kita untuk dapat melihat koneksi yang bermakna antarkomponen dalam pelaksanaan projek, seperti peserta didik, pendidik, satuan Pendidikan, masyarakat, dan realitas kehidupan sehari-hari. Sedangkan berpikir kontekstual berkaitan dengan upaya mendasarkan kegiatan pembelajaran pada pengalaman nyata yang dihadapi salam keseharian. Prinsip ini mendorong peserta didik dan pendidik untuk dapat menjadikan lingkungan sekitar dan realitas kehidupan seharihari sebagai bahan utama pembelajaran.
“Ambillah pelajaran dari projek ini, kelak pasti akan berguna bagi kalian di masa depan,” pesan Purwoto.
Diakhrir kegiatan digelar festival jajanan sehat di halaman Madrasah. Sesi ini dihadiri oleh seluruh siswa dan guru serta seluruh pendidikan Muhammadiyah disekitarnya baik SD Muhammadiyah, TK Aisyiyah dan banyak yang mencicipi jajajan dan minuman yang dibuat oleh para siswa. (Anna Nur Elawati /Zy_humas)