Batang (humas) – Idul Adha bukan hanya soal menyembelih hewan kurban, tetapi juga momentum menyembelih ego, menumbuhkan ketakwaan, dan merawat bumi. Pesan tersebut disampaikan oleh Ketua PD IPARI Kabupaten Batang, Al Mukaromah, dalam refleksi jelang Idul Adha 1446 H dengan tajuk “Kurban dan Bumi: Takwa yang Menyentuh Alam.”
Menurutnya, dalam Islam, manusia tidak hanya berperan sebagai hamba, tetapi juga sebagai khalifah di muka bumi. Peran ini membawa konsekuensi tanggung jawab untuk memelihara ciptaan Allah, termasuk menjaga kelestarian lingkungan.
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah: 30)

Hj. Al Mukaromah menegaskan bahwa kurban sejati bukan sekadar mengalirkan darah hewan, melainkan menghadirkan ketakwaan dalam perilaku dan kepedulian. Ia mengutip firman Allah dalam QS. Al-Hajj ayat 37 yang menyatakan bahwa bukan daging dan darah yang sampai kepada Allah, tetapi ketakwaan para pelaku kurban.
Tantangan kurban masa kini, menurutnya, tidak hanya pada pelaksanaan syariat, tetapi juga pada dampak ekologisnya. “Limbah darah dan sisa hewan yang mencemari lingkungan, plastik pembungkus yang menumpuk, serta pola konsumsi yang berlebihan, menjadi catatan serius yang harus disikapi,” ungkapnya.
Di sinilah pentingnya ekoteologi, yakni pemahaman bahwa ibadah dan kepedulian terhadap lingkungan tidak bisa dipisahkan. Hj. Al Mukaromah menambahkan, Islam mengajarkan untuk menyembelih dengan ihsan (kasih sayang), membagikan daging secara adil, dan tidak menyisakan sampah berlebihan.
“Dan tidak ada binatang di bumi melainkan mereka adalah umat seperti kamu.” (QS. Al-An’am: 38)
Ia mengajak umat Islam untuk menjadikan kurban tahun ini sebagai momentum menebar cinta dan tanggung jawab terhadap sesama dan semesta. “Karena menjaga lingkungan juga bagian dari takwa, yang kelak akan kita pertanggungjawabkan di hadapan-Nya,” pungkasnya.(Al/Muzzi/Zy_humas)