Oleh : Sodikin Rusydi
Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara dua sistem penanggalan yang kita kenal, hijriyyah dan masihiyyah. Penanggalan Hijriyyah menggunakan Lunar system yakni berdasarkan pada perputaran bulan, sehingga lebih rumit dan beragam. Adapun penanggalan Masihiyyah menggunakan Solar System yakni berdasarkan pada perputaran matahari, sehingga lebih simpel dan seragam.
Perbedaan berikutnya, yang sangat penting untuk dikaji adalah terkait dasar permulaan penghitungan. Penanggalan Hijriyyah didasarkan pada peristiwa Hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Sedangkan penanggalan Masihiyyah didasarkan pada kelahiran Nabiyullah Isa al-Masih ibnu Maryam.
Sebenarnya, penanggalan Masihiyyah yang dikenal tahun Masehi ini lebih tepat disebut penanggalan Gregorius sesuai nama pencetusnya. Sebab ada kejanggalan dengan beberapa penghitungan, misalnya, terkait dengan hari kelahiran Isa Al-Masih yang kita kenal sekarang diyakini oleh Umat Nasrani pada tanggal 25 Desember. Sementara, hitungan tahun dimulai tanggal 1 januari, ada selisih 6 hari.
Tak perlu berpolemik lebih dalam soal tahun Masehi, terpenting, bagi umat Islam, ita perlu mengkaji lebih dalam soal tahun Hijriyah. Pertanyaan mendasar, mengapa perhitungan tahun dimulai tidak dari kelahiran Rasulullah Muhammad SAW, atau dari peristiwa-peristiwa penting lainnya, tapi justru dihitung permulaannya dari peristiwa Hirjrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah. Tentu ini mengandung maksud dan mana fiosofis yang dalam.
Hijrah merupakan peristiwa besar yang menjadi tonggak munculnya peradaban baru Umat Islam. Sehingga patut dikenang sepanjang sejarah. Disamping itu, hstilah Hijrah sendiri mengandung makna yang mendalam yang secara tekstual berarti perpindahan. Dalam sebuah Hadits Rasulullah SAW bersabda: “Man hajara ilallahi war rasul, fa hijratuhu illallahi war rasul. Wa man hajara ilad-dunya awim-ra’atin tunkihuha fa hijratuhu ila ma hajara ilaihi” (Barangsiapa hijrah kepada Allah dan Rasul, maka, Hijrahnya epada Allah dan Rasul. Barangsiapa hirahnya epada dunia atau wanita untuk dinikahinya, maka hijrahnya menuju kepada apa yang dia tuju).
Hadits di atas merupakan potongan dan bagian takk terpisahan dengan hadits tentang niat. Tentu mengandung mana bahwa hijrah itu sebenarnya bukan semata perpindahan fisik, melainkan perpindahan ruhani dan spiritual yang lebih bersifat non fisik. Sehingga dapat kita pahami bahwa yang diharapkan dalam memahami filosofi hijrah adalah emampuan ita mengimplementasikan perubahan atau perpindahan mindset secara spiritual dan ruhani dari yang urang bai menuju yang lebih baik.
Saat perintiwa Hirah dijadikan patokan tahun Islam, sejatinya mengaa kita dalam setiap pergantian tahun untu selalu mengevaluasi diri untu membuat perubahan diri. Tentu terait dengan spiritualitas ita, ruhani ita, mindset kita dan moralitas kita sebagai umat Muhammad. Tidak hanya tahunnya yang baru, tapi ruhani ita, keimanan kita, ketaatan kita senantiasa kita perbaharui. Sehingga pada ahirnya umat Islam senantiasa muncul menadi pribadi unggul yang memiliki integritas moral dan spiritual yang mantap dan matang. Amin.
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1439.